Salep khusus dapat dioleskan ke luka gigitan ular untuk memperlambat kematian sekitar 50 persen. Demikian hasil studi di Australia melaporkan.
Pada saat percobaan, tim asal Australia menggunakan senyawa nitrat oksida pada manusia dan tikus. Senyawa tersebut berhasil menunda masuknya racun ke dalam aliran darah.
Racun ular mengandung molekul dalam jumlah besar yang "mampir" ke sistem getah bening manusia sebelum masuk ke dalam aliran darah. Sementara itu, nitrat oksida memperlambat mekanisme pemompa dalam sistem getah bening ke hati. Nitrat oksida sendiri merupakan senyawa yang terlibat dalam mengatur tekanan darah dan aktivitas otak. Peneliti Dirk van Helden kemudian mencoba membuat obat untuk mencegah kematian akibat gigitan ular berdasarkan kedua fakta tersebut.
"Kami berteori, nitrat oksida akan memperlambat masuknya racun ke dalam aliran darah dengan memperlambat waktu transit di sistem getah bening," kata peneliti asal University of Newcastle di New South Wales tersebut.
Untuk menguji kebenaran teori tersebut, para peneliti menyuntikkan zat kimia yang serupa dengan racun ke kaki 15 relawan dan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi zat tersebut untuk tiba di sistem getah bening di daerah pangkal paha.
Percobaan itu dilakukan kembali, tapi kali ini salep mengandung nitrat oksida dioleskan pada titik masuk zat serupa racun satu menit setelah zat tersebut disuntikkan. Hasilnya, waktu transit menjadi jauh lebih lama--dari 13 menit menjadi 54 menit.
Penelitian lebih lanjut pada tikus, menggunakan racun sesungguhnya, menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Saat mencoba mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk bertahan hidup, tikus yang diolesi salep nitrat oksida bertahan hidup 50 persen lebih lama.
Temuan ini diharapkan bisa mengurangi jumlah kematian akibat bisa ular yang mencapai 100.000 orang per tahun di seluruh dunia. Bisa ular juga telah menyebabkan 400.000 orang kehilangan bagian tubuh tiap tahun.
sumber : national geographic indonesia