Cinta Sebagai Fondasi Ibadah

Cinta adalah kehidupan. Kala cinta hilang dari jiwa seseorang, ia bagaikan hidup dalam kematian. Cinta adalah cahaya. Kala cinta hilang dari hati seseorang, ia bagaikan dalam kegelapan.

Cinta laksana obat penawar. Kala tak ada cinta, hati akan ditimpa penyakit. Cinta adalah nikmat. Jika seseorang tidak meraihnya, hidupnya penuh kegelisahan. Cinta Allah kepada manusia tak terpisah dari cinta manusia kepada-Nya.

Alquran menegaskan, "Hai orang-orang yang beriman. Barang siapa di antara kamu murtad dari agamanya, Allah akan mendatangkan golongan lain. Ia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya."

"Rendah hati terhadap sesama Mukmin, dan bersikap keras terhadap orang kafir. Berjihad di jalan Allah, tiada takut akan celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang akan diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Allah meliputi segalanya dan Ia Mahatahu (QS al-Maaidah [5]: 54).

Mukmin mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi cintanya kepada apa saja. Orang beriman mencintai Allah tanpa pamrih. Cinta mereka lahir dari bukti-bukti yang mereka yakini serta pengetahuan tentang sifat-sifat-Nya.

Alquran menyebut cinta, hubb dan derivasinya 83 kali, sedangkan lawannya, benci, bugd-bagda' sebanyak lima kali. Kata yang berdekatan dengan bugd ialah sukht, disebut empat kali; lawan katanya rida, terulang 73 kali. Hubb dan mahabbah seakar dengan habb yang artinya biji atau inti. Hubb disebut habbat al-qalb, biji atau inti hati, karena keserupaan aktivitasnya.

Dalam Alquran, perasaan cinta antara lelaki perempuan disebut dengan istilah mawaddah, rahmah (QS [30]: 21), syaghafa (QS [12]: 30), mail (QS [4]: 129), dan hubb-mahabbah (QS [12]: 30). Istilah yang berbeda-beda itu menunjuk pada mendalam dan ragamnya cinta.

Cinta memang memiliki dimensi yang sangat luas dan mendalam. Cinta dalam bahasa Arab diungkap dalam tiga kelompok karakteristik, yaitu apresiatif (ta`dzim), penuh perhatian (ihtimaman), dan cinta (mahabbah). Ketiganya itu terkumpul dalam ungkapan mahabbah, orangnya disebut habib, habibah, atau mahbub.

Secara lebih spesifik, bahasa Arab menyebut dengan 60 istilah jenis cinta, seperti `isyqun (dalam bahasa Indonesia menjadi asyik), hilm, gharam (asmara), wajd, syauq, lahf, dan sebagainya. Tetapi, Alquran hanya menyebut enam term.

Dalam tasawuf, kecintaan kepada Allah adalah puncak perjalanan manusia, puncak tujuan seluruh maqam. Setelah mahabbah (cinta), tak ada lagi maqam lain kecuali buah mahabbah itu, seperti syauq (kerinduan), uns (kemesraan), dan rida. Tidak ada maqam sebelum mahabbah kecuali pengantar-pengantar kepadanya, seperti tobat, sabar, dan zuhud.

Walau istilah `isyq tidak terdapat dalam Alquran, namun para sufi memandang perkataan itu tak bertentangan artinya dengan mahabbah. Menurut Rumi, `isyq ialah mahabbah dalam peringkat yang lebih tinggi dan membakar kerinduan seseorang sehingga bersedia menempuh perjalanan jauh menemui Kekasihnya.
Sumber :Prof Dr KH Said Aqiel Siradj/ Republika