Semua Hanya Titipan

Tiada yang tahu kapan kita akan di panggil oleh Yang Maha Kuasa, tiada yang tahu kapan waktu kita akan mendapat giliran kedatangan malaikat pencabut nyawa, tiada yang tahu apakah malaikat maut itu datang dengan wajah yang manis atau sebaliknya, sungguh tiada yang tahu, karena semua adalah Rahasia-Nya, kita hanya seorang hamba yang melakoni sebuah kisah demi kisah, cerita demi cerita yang tak kan pernah terhenti hingga waktu pengangkatan nyawa kita.


Ketika waktu itu datang, maka tugas kita di dunia telah selesai, namun ada tugas baru lagi yang akan menghampiri kita di akhirat sana, maka bersiaplah selalu dengan tugas itu, karena bila amalan tak cukup, perbuatan kita di dunia meresahkan dan kufur nikmat, maka tugas berat akan menghampiri kita, sebaliknya bila amalan yang kita bawa cukup, nilai kita dari malaikat pencatat amal baik itu bagus tidak ada tinta merah, maka tugas kita akan ringan dan Allah swt tempatkan kita di tempat yang lebih baik dari yang kita dapatkan di dunia ini. Allahu Akbar.

Kita hanya titipan, suami kita, anak-anak kita, kedua orang tua kita dan semua yang ada di dunia ini adalah titipan. Suami titipan untuk istri, istri titipan untuk suami dan anak-anak adalah titipan untuk kedua orang tuanya, dan orang tua kita adalah titipan untuk kita, sebagai anaknya. Semua harus kita jaga dengan baik, jangan salah menjaga dan jangan salah menanam akhlaq, seperti hal nya sebuah barang, bila ada seorang teman yang menitipkan barang pada kita, maka kita akan menyimpannya dengan rapi bukan...? karena kita tidak mau teman kita marah dan tidak percaya lagi pada kita, bila barang yang dititipkannya itu rusak atau hilang.

Demikian juga halnya dengan anak-anak kita, suami kita dan orang tua kita, kita harus menjaganya dengan baik, kita harus mengikatnya dengan ketaatan, menyimpannya dengan kataqwaan, dan membungkusnya dengan aqidah dan akhlaq yang baik, karena semua akan di tanyakan di akhirat sana, bakti kita pada kedua orang tua kita, taat kita pada suami dan sayang kita pada anak-anak yang jadi amanah dari Allah swt.

Semua hanya titipan, bila salah satu dari yang kita sayangi harus diambil oleh yang punya, maka kita harus ikhlas mengembalikannya, walaupun kita suka dan sangat sayang, kita tidak bisa menolaknya dan tidak bisa menyembunyikannya, karena itu bukan hak kita, itu adalah hak sang pemilik barang tersebut.

Masih ingat dalam benak saya ketika liburan tahun 2009, saya sekeluarga pergi berlibur ke Indonesia untuk melepas rindu pada kedua orang saya serta kedua orang tua suami, tahun itu adalah tahun terakhir perjumpaan saya dengan seorang gadis kecil yang cantik dan lincah, dia adalah anak dari kakak ipar adik saya yang bungsu, anaknya cantik rambutnya panjang dan lincah serta sopan dan baik hati, umurnya baru delapan tahun, kami memanggilnya Adis, bicaranya pun sopan, entahlah padahal kedua orang tuanya bekerja, sejak kecil anak itu lebih banyak di asuh oleh neneknya dan pembantunya, namun anaknya tidak nakal dan tidak pula bertutur kata buruk. Kami sempat foto-foto bersama.

Setelah kami kembali dari indo, beberapa bulan kemudian kami mendengar gadis cantik itu sakit dan koma di rumah sakit, sedih dan rasa tak percaya menyelimuti hati ini, anak-anak juga demikian adanya, mereka merasa tidak percaya dengan kabar itu, karena memang gadis kecil itu sangat periang dan tidak terlihat seperti anak yang sedang sakit, dan beberapa hari setelah kabar koma itu, maka kabar berikutnya adalah kepergiannya yang mendadak, mengejutkan hati saya, suami dan anak-anak, saya menangis karena tidak menyangka secepat itu, kepergiannya bertepatan dengan hari ulang tahunnya, memang bila Allah berkehendak " jadilah maka jadilah " tak ada yang dapat menghalanginya, tidak juga kedua orang tuanya, yang merasa sangat kehilangan.

Yah....semua hanyalah titipan, tak ada yang memiliki kecuali yang di atas. demikian juga dengan kabar sedih yang saya terima beberapa hari lalu tepatnya jam dua malam waktu Jerman, saya mendapat kabar, dosen saya sewaktu di ma´had alhikmah dulu, ustadzah Yoyoh yusroh berpulang ke Rahmatullah, setelah kecelakaan, beliau adalah seorang ustadzah yang tangguh dan kuat, beliau memiliki kesibukan yang amat sangat, dengan tiga belas anak yang juga harus beliau didik, kepergiannya membawa kenangan tersendiri, dulu waktu tahun 1991, ketika pertama kali saya masuk ma´had, beliau lah yang menguji saya, dengan bacaan tajuwid yang masih berantakan, beliau meluluskan saya, dan bisa bersekolah di sana, namun waktu tidak berpihak banyak pada saya, di tahun 1993 saya harus keluar dari ma´had, karena harus ikut suami ke luar negeri.

Jodoh, Maut dan Rizki Allah swt yang mengatur, ketika saya habis melahirkan anak pertama, saya sempat bertemu kembali dengan beliau, ingatan beliau sungguh bagus, karena sewaktu saya hendak berangkat ikut suami, saya minta izin cuti dari ma´had, tapi masa cuti itu habis, karena sudah melewati waktunya, dan saya belum bisa kembali ke ma´had, saat pertemuan itu beliau mengenali saya, sungguh ingatannya sangat luar biasa. Sambil tersenyum beliau berkata " ini dia murid ma´had yang D-O " saya yang mendengar kata-kata beliau langsung tersenyum dan memeluknya, lalu beliau melanjutkan kata-katanya sebelum saya utarakan alasannya " gak apa-apa, kan wajib ikut suami " begitu katanya, sambil menatap saya dengan lekat.

Kini beliau telah kembali ke pangkuan Yang Maha Kuasa, terasa baru kemarin saya dan beliau bercengkrama, dan barcerita tentang bagaimana menanamkan akhlaq dan aqidah yang kuat pada anak-anak yang lahir dan besar di negeri yang dikelilingi oleh orang-orang kafir.

Selamat jalan ustadzah, semoga Allah pertemukan kita kembali ditempat yang lebih baik, terima kasih atas semua yang telah ustadzah berikan kepada kami.

Ya....Allah lapangkan lah kuburnya, berilah beliau tempat yang indah dan tenang, hapuslah segala sedih dan resah dihatinya, bahagiakanlah beliau di alam sana, seperti beliau yang selalu memberikan kebahagiaan pada semua orang didunia ini. Amiiin Allahuma Amiin
Sumber : eramuslim