Mulai tahun ajaran baru 2011/2012, pemerintah akan menerapkan pendidikan karakter mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai dengan perguruan tinggi.
"Materi pendidikan karakter juga termasuk di dalamnya pendidikan nonformal dan informal mengingat pendidikan karakter saat ini jadi kebutuhan paling mendesak," kata Mendiknas Mohammad Nuh usai menjadi pembina upacara pada peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun 2011 di Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta, hari ini.
Targetnya semua sekolah harus memberikan pendidikan karakter dan tema Hardiknas tahun ini adalah Pendidikan Karakter sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa dengan subtema Raih Prestasi Junjung Tinggi Budi Pekerti.
Dia mengingatkan hakikat pendidikan yang telah ditekankan oleh bapak pendidikan nasional Ki Hajar Dewantoro."Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran, dan jasmani anak didik," katanya.
Nuh menekankan pentingnya pendidikan berbasis karakter dengan segala dimensi dan variasinya. Karakter yang ingin dibangun bukan hanya berbasis atas kemuliaan diri semata tetapi kemuliaan sebagai bangsa.
"Karakter yang ingin kita bangun bukan hanya kesantunan, tetapi secara bersamaan kita bangun karakter yang mampu menumbuhkan kepenasaranan intelektual sebagai modal untuk membangun kreativitas dan daya inovasi," katanya.
Mendiknas menyampaikan, konsep pendidikan karakter telah disiapkan sejak tahun lalu. Dia menyebutkan, ada tiga kelompok pendidikan karakter yaitu tumbuhnya kesadaran peserta didik sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang maha Kuasa, tumbuhnya kepenasaran intelektual untuk membangun keilmuan, dan tumbuhnya rasa bangga dengan cara berprestasi.
"Dari kegemaran berprestasi itu nanti akan muncul kebanggaan we are the Indonesian," katanya.
Mendiknas menjelaskan, bentuk pendidikan karakter diwujudkan mulai dari kurikulum sampai dengan membangun kultur budaya di sekolah.
Pendidikan karakter bukan hanya diajarkan melalui papan tulis, tetapi harus melalui pembudayaan. "Jangan sampai terjebak hanya pada ranah kognitif, tetapi harus diterjemahkan dalam ranah perilaku," katanya. (ra)