Adab Guru dan Murid

oleh: muliamar
Guru dalam Islam biasanya didefinisikan sebagai pembimbing mental dan spiritual, tidak sekedar pengajar di depan kelas. Guru bertanggungjawab penuh dalam pembinaan kepribadian murid melalui usaha peneladanan.
Dengan demikian, peran seorang guru bukan sekadar pengajar dalam batas tugas di kelas atau di sekolah. Dalam pengertian ideal tersebut, maka hubungan guru dan murid pun berlaku di atas kerangka etis yang luhur.

Berikut beberapa ketentuan etika bagi seorang guru maupun seorang murid.
a. Baik guru mau pun murid hendaknya bersikap teguh dalam kaitannya dengan keimanan kepada Allah SWT sebagai sumber ilmu. Sebelum berangkat ke majelis pendidikan, mereka hendaknya menerapkan niat murni, membersihkan diri dari hadas, berpakaian sopan dan indah, serta mendirikan salat duha pada masa pelajaran pagi hari.
b. Guru harus memperlihatkan kasih sayang kepada murid dan ikhlas memberikan apa yang dimilikinya melalui tahapan yang proporsional.
c. Murid hendaknya patuh kepada perintah dan bimbingan guru, tidak mengganggu proses mengajar dengan pertanyaan yang tidak perlu.
d. Baik guru mau pun murid harus berusaha menghargai dan memuliakan ilmu, tidak terpukau oleh materi atau kekayaan.
Ajaran akhlak dalam Islam berisi tentang ketentuan hak dan kewajiban manusia. Namun demikian, inti perilaku berakhlak sesungguhnya kembali kepada jiwa, budi pekerti dan perangai manusia. Menjalankan kewajiban dalam Islam harus disertai dengan perilaku akhlak yang sesuai dengan syariat Islam. Secara praktis perilaku akhlak itu bersumber dari tradisi yang makruf atau undang-undang negara, tetapi prinsip utamanya tetap berpedoman pada Al-Qur'an dan hadis. Oleh karena itulah meskipun prinsip-prinsipnya amat ketat, operasionalisasi akhlak Islam menjadi sangat fleksibel. Dengan demikian, berakhlak atau beretika secara Islam tidak identik dengan menghidupkan kembali praktik kuno ( masa lalu) yang tidak relevan dengan nilai-nilai makrif dalam peradaban modern.
Sumber bacaan : Ensiklopedi Dunia Islam