Penyebab Gagalnya Suatu Amal

oleh : muliamar
Rejeki kita yang sesungguhnya bukanlah pahala dari sebuah amal. Tapi ketika kita bisa beramal dan Allah ridha. Itulah rejeki sesungguhnya. Begitu juga ketika Allah menjanjikan pahala, itu bukan urusan kita. Urusan kita adalah sebelum beramal niatnya lurus, sedang beramal dijaga keikhlasannya, dan sesudah beramal maka lupakan. Jangan menganggap amal itu milik kita. Amal itu karunia Allah.

Penyebab gagalnya suatu amal ada tiga. Pertama, niatnya tidak benar. Kedua, caranya tidak benar. Ketiga, setelah itu amal tersebut diakui sebagai miliknya. Contoh, sebenarnya sedekah itu tidak ada. Yang ada adalah Allah menitipkan harta dan memberikan kita kesempatan untuk beramal. Allah juga memberi taufik di hati kita berupa keinginan beramal (sedekah).
Perkara bahwa beramal bisa jadi penolak bala, itu sudah janji Allah. Tidak usah ditunggu-tunggu, tidak usah diungkit-ungkit. Perkara nanti Allah membalas dengan berlipat-lipat, itu sudah pasti. Karena janji Allah itu pasti. Tidak akan meleset. Tidak akan tertukar.

Makanya fokus pada dua hal di awal dan satu hal di akhir. Yang pertama jaga niat lillahi ta’ala. Tidak boleh ada niatan lain selain Allah suka/ridha. Kita bersedekah karena allah suka. Perkara nanti orang lain membalas atau tidak, menghargai atau tidak, bukan urusan kita. Urusan kita adalah beramal dan berbuat baik kepada orang lain karena Allah suka.

Apa pun kebaikan yang bisa kita lakukan semuanya adalah dari Allah. Jangan mengaku-ngaku. Ada juga yang disebut dengan tawasul. Itu memang menyebut-nyebut kebaikan. Tapi bukan kepada manusia, tapi kepada Allah. Kalau disebut-sebutnya kepada makhluk, dikhawatirkan mendekati riya.

Marilah kita belajar untuk menjadi “pelupa” terhadap kebaikan sekecil apa pun yang dilakukan. Karena sebenarnya kita tidak pernah menolong seseorang. Melainkan Allah menolong seseorang dan kita diuji menjadi jalannya. Kita juga tidak pernah memberi makan orang, yang ada hanyalah Allah memberi makan hamba-Nya lewat kita.

Jangan pernah mengingat-ingat kebaikan, apalagi menuntut orang lain agar membalasnya. Ucapan terima kasih pun tidak usah ditunggu. Apalagi penghargaan. Apakah kita perlu mengingatkan Allah mengenai balasannya? Tidak usah. Allah tidak akan pernah lupa. Sudah begitu cermat dan sempurna Allah menciptakan kita. Tidak pernah meleset, detik demi detik, bahkan sel demi sel. Begitu juga dengan balasan dari Allah. Tidak akan meleset. Tidak akan tertukar.

Jadi kesimpulannya, gigihlah dari awal, sempurnakan ketika sedang ikhtiar, dan kemudian lupakan. Tidak ada lagi harapan kecuali hanya satu. Amal kita diterima oleh Allah. Mau dibalas bentuk apa pun, itu terserah Allah.

[ Sumber : Islam Media /KH. Abdullah Gymnastiar]